Powered By Blogger

telusuri

Minggu, 07 Desember 2014

Satu hati, satu cinta


By : firdausA’la/FA
Cinta adalah sebuah anugerah luar biasa
Cinta takkan pernah pudar ditelan waktu
Cinta… suatu yang abadi, hingga ke surga nanti…

            Kau tahu sahabat, apa itu cinta? Sebuah arti mendalam tentang perasaan tersembunyi, pada diri tiap-tiap para pujangga dunia, yang kadang tak memiliki alasan pasti. Hati yang sedang mencinta, adalah hati yang suci. Hati yang berada jauh pada lubuk yang paling dalam. Tak pernah kotor dan takkan pernah ternoda…
            Kuukir perasaan ini, ketika ku pertama kali menatap wajahmu…
            Rasa yang begitu anggun… hingga menyelimuti relung-relung hati..
***
            Bosan. Sebuah rasa yang menunjukkan sesuatu yang tak enak dalam diri manusia. Bukan pertama kali dirasakan, dan bukan pula terakhir kali kita alami. Terkadang kita juga butuh sesuatu yang baru untuk menanggulanginya. Tapi tanpanya…. Aku tak pernah bisa merasakan nikmatnya kehidupanku ini….
            “Hei coy, loe tahu nggak bosan itu apaan?”
            “ya jelas tahulah! Bosan ntu, bila kite dikasih PR ama guru, terus suruh ngumpulin besok pagi!”
            “Ya enggaklah….. itu sih namanye penyiksaan massal dikelas… bosan ntu, kalo kite masih jomblo, end gak punya pacar untuk dijadiin hiburan!”
            “Ah elo Rel, otaknye otak cinta! Padahal kan, kita adalah bocah-bocah anti cinta, ngapain jugaa aloe mikirin yang kayak gitu?”
            “Eh? Siape juga yang ngomong kalo gue nie anti cinta. Loe tahu sendiri kan, gue selalu cari-cari gebetan buat dijadiin mantan..”
            “Trus, siape ntu yang ngomong didepan anak-anak, kalo ‘gue tuh anti cinta, dan gak bakalan gue terima orang yang nembak gue!!’ ha? Karena cinta pertama yang loe tembak, langsung aja nolak loe, begitu loe ngungkapin langsung didepan dia. Sekarang, masih aja loe mau ngejar cewek lagi? Soory deh! Ngimpi aja sono di kasur….”
            “Alah Yu… lupain aja kali yang ntu, sekali-kali dukung kek gua buat dapetin pacar. Jadi jomblo sejati tuh, rasanya gak ada enaknya sama sekali!”
            “Hmm… baru aja tiga hari loe ditolak ama Rivel loe langsung kecewa. Kapan sih, gue gak bantu loe? Gue kan udah nyampein perasaan loe pada Dian, Rizka, Ani, lan sakpanunggale gundhulmu kuwi …gonta-ganti yang disenengin sambil nunggu balesan surat. Gimana mau cari pacar, kalo loe niatnya mau jadi playboy? Soryy deh! Kalo yang gituan, gua gak bakalan bantu loe!” kutepis omongan Barrel
            “Apa? Ini kan namanya ikhtiar brow!!  Loe tahu nggak? ‘carilah kesempatan selagi bisa. Bila belum ketemu, carilah ditempat lain’ gituu.. pepatah juga mengatakan ‘sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui’. Pasti loe tahu apa maksud gua. Bukankah lebih praktis kalo gitu? Iya nggak Yu?” kata Barrel sambil menyenggol pundakku.
            “Hah.. terserah loe dah, itu semua urusan loe! Ngapain juga gua ngurusin yang kayak gituan? Tapi yang jelas, gua tetep gak setuju kalo loe jadi playboy!!!”
            “Siap men!! Sebenarnya tu, gua juga gak ingin jadi playboy. Tapi rasanya, ikhtiar tu perlu… perlu loe tahu ya men, surat cinta gua yang speciality tu belum gua taruh di lokernya dia yang sejak dulu gua sukai. Rasanya, lebih baik gak usah pake surat-suratan segala deh. Gua kan langsung ngomong aja ke dia tentang perasaan gua yang sebenarnya…”
            “Jadi bukan Rivel nih sebenarnya? Oke, apapun itu gua tetep dukung loe apapun yang terjadi. Cinta, itu hanya cukup sekali tapi langgeng, daripada berkali-kali, namun akhirnya putus. Siap loe jadi pacarnya die???”
            “Ya jelas dong men! Siapa juga yang pengecut mau nyembunyiin perasaan sendiri. Trus, elo udah nyampein perasaan belum sejak saat itu?”
            “Alah, gak usah dibahas deh! Lagipula, gua jengkel ama diri gue sendiri. Kok  bisa-bisanya, gua jatuh hati? Padahal ‘orang bernomor urut satu adalah gua sebagai jomblowan sejati ampe kuliah’. Ah gua gak mau bahas ntu lagi!.”
            “Malu yaa??? Hahaha… ahmm.. terserah loe dah! Gua juga akan bantu, tapi gak akan maksa loe….”
            “Terserahlah…”
            Pertemuan yang begitu berarti antar dua orang jomblowan kesepian yang saling bertukar pikiran konyol tentang cinta, dibawah sebuah pohon rindang dengan sinar matahari pagi yang cerah, tak menyilaukan mata. Hari-hari yang terasa membelanggu, kini terulang kembali untuk kesekian kalinya. Aku tak yakin, akan melewati hari ini dengan sesuatu yang menarik. Kebosanan, selalu menjadi menu utama dalam setiap detik yang kuhabiskan per harinya. Warna-warna kehidupan abu-abu yang tenang dan malas, selalu menyelimutiku hingga diriku tak bisa merasakan sesuatu yang menyenangkan hati. Tapi kuharap, hal seperti ini tidaklah berakhir. Karena dengan ini, Aku bisa merasakan indahnya dunia tanpa cinta yang membelenggu hati…
            Wahyu. Sebuah nama yang terdengar indah, tapi bertolak belakang dengan sifat asli sang pemilik nama. Kata orang tuaku, Wahyu berarti seseorang yang diberi pengetahuan luas tentang dunia ini, hingga dia mengetahui apa yang tak diketahui orang lain. Isi hati setiap orang, pasti mengartikan hal baik pada sebuah nama itu. Tapi kenyataanya, Aku bukanlah orang yang mudah perduli pada orang lain, apalagi jatuh hati. Sifat keras hati ini, kupelihara dengan baik hingga menjadikan diriku tak pernah mengenal kasih sayang. kemudian sesuatu yang tak terduga itu terjadi. Sesuatu yang menjengkelkan, namun indah dirasakan. Perlu kau tahu kawan, sesuatu yang terjadi itu membuat benteng lapis baja dalam hatiku ini, retak dan rapuh.. sehingga terlihat setitik cahaya lubuk hati, yang selalu ingin diselimuti keanggunan…
            Pertama kali kujejakkan kaki di sekolah SMA ku yang tercinta ini, tak ada yang kupikirkan sama sekali, terkecuali cita-citaku untuk menjadi Dokter ahli. Rencana-rencana detail, kususun secara rinci guna meraihnya. Sedikitpun, tak ada yang kupikirkan selain hal itu. Ah! Sepertinya, cita-citaku akan segera tercapai!
            Tapi…
            Sebuah langkah yang anggun, dari sepasang kaki indah yang perlahan melangkah memasuki sekolah, diam-diam meretakkan hatiku yang dingin. Putih kulitnya, berwarna kuning langsat yang halus dan kemerah-merahan. Wajahnya yang terlihat malu-malu, dibalut kerudung putih yang menutupi badannya. Untuk beberapa saat, langkah anggunnya ini berhenti perlahan. Kemudian, wajahnya yang penuh kasih sayang itu menoleh kearahku.
            “Aku Zahra, salam kenal yah! Mohon bantuannya selama Aku bersekolah di sini!”
            Aku tak tahu. Hingga sekarangpun, Aku masih juga tak mengerti. Mengapa dia tiba-tiba berhenti tepat di sampingku hanya untuk berkenalan? Kulihat, mengapa dia melakukan hal itu hanya padaku saja, dan bukan pada yang lainnya? Apa Aku pernah bertemu dengannya? Segudang pertanyaan, memenuhi pikiranku. Kucoba untuk mengabaikannya, namun tak kunjung berakhir. Kukira, lebih baik Aku abaikan dengan seabreg tugas sekolah yang menumpuk di kamarku.
            Meski kucoba, Aku tak bisa memungkiri rasa yang begitu bergejolak dalam dada ini.semua yang kulakukan guna melupakannya, hanya sia-sia saja. Setiap kali ku bertemu dengannya, rasa ini mulai bergejolak. Angin yang mengalun lembut, berdesir menerpa kulitku, menegakkan bulu roma yang diselimuti rasa kasih. Aku jadi kembali teringat saat pertama kali bertemu dengannya. Walapun kucoba melupakannya, Aku takkan bisa..
            Aku tak dapat memungkirinya… semua terasa begitu indah…
            Kumulai tunjukkan rasa ini melalui secarik kertas penuh makna. Malam ini telah kuputuskan, Aku takkan mundur sebelum rasa ini terobati. Rasa kasih yang begitu mendera hati, menorehkan, garis-garis kelembutan dalam dada sang pujangga. Aku akan menulisnya. Aku akan tunjukkan perasaan kasih ini padanya, hingga dia tahu seberapa besar rasa kasihku padanya. Egoku yang selama ini kupelihara, kupenjarakan dia didalam diriku, hingga rasa kasih ini yang perlahan mulai mengambil kendali hati dan pikiranku. Burung-burungpun bernyanyi dengan riang, angin sepoi-sepoi, mengalun perlahan, menggoyangkan bunga-bunga yang bermekaran, senyuman sang surya, dengan sinarnya yang tak menyilaukan mata, adalah isyarat bahwa ini takkan berakhir dengan duka.
***
            Kumulai hari ini dengan senyuman cerah, tanpa ada sedikitpun guratan-guratan kemalasan. Hari ini akan kuputuskan, ini adalah hari terakhir bagi sifat malasku. Aku takkan berdusta lagi pada diriku. Aku akan memulainya. Memulai hari-hariku, dengan rasa lega yang besar, karena sesedikit dari isi hatiku akan tersampaikan sekarang juga. Oh kawan, betapa leganya diriku, bila rasa ini telah sampai pada sang pujaan hati. Rasa-rasanya, tak ada yang dapat melebihi rasa lega ini. Hmm… kulangkahkan kaki ini dengan segera menuju ke sekolah! Semangatt!!..
            “Tap-tap-tap…” langkah kaki yang beriringan, bersuara nyaring sepanjang jalan. Ah, Aku tak perduli dengan apa yang terjadi pada sekitarku. Sebuah semangat membara! Berkobar-kobar membakar hatiku. Aku kan datang padamu, hai loker sepatu!!- eh?”
            Semilir angin yang bertiup perlahan, membuat jantungku berdegup kencang. Desiran alunan ini, menegakkan setiap helai bulu roma kulitku. Aku terkejut. Siapakah orang yang ada di sampingku ini? Belum sempat aku tersadar, sebuah kalimat, meluncur dari bibir lentiknya…
            “Hai Wahyu selamat pagi- eh? Ngapain kamu tergesa-gesa begitu?”
            Gejolak didalam dadaku, semakin memompa jantungku berdegup dengan keras. Aku tak bisa.. Aku tak bisa menatap wajahnya. Ketika ku menengok ke belakang, wah… sejauh apa Aku melangkah darinya, hingga dia hilang dari pandanganku?
            “Wahyuuuu….!!!! Ini ada barangmu yang jatuh!! Kembaliii!!!”
            Teriakan Zahra yang nyaring, tak kuhiraukan sama sekali. Satu-satunya tujuanku adalah menaruh benda ini dalam loker sepatunya sekarang juga! Dan setelah itu, ia akan jadi milikku. Harapan-harapan indahh… sebentar lagi akan segera terwujud. Tunggulah sebentar lagi, hati kecilku!
***
            Aku tersentak! Ini tidak berjalan seperti yang kuperkirakan! Harapan-harapanku telah pudar begitu saja, dengan menyisakan rasa kecewa yang begitu mendalam. Aku tahu, kali ini Aku tak bisa menundanya. Jika kutunda lain kali saja, maka sesuatu yang indah nanti malam akan terlewat begitu saja, tanpa bekas apa-apa didalam dada. Padahal, Aku telah mengatakan didalam secarik kertas itu, bahwa dia akan ku ajak berjalan bersama nanti malam untuk melihat festival kembang api di taman. Sebuah acara yang bila terlewatkan begitu saja, akan jadi sia-sia. 
Ah…sial..sial..sialan! mengapa surat itu bisa hilang dari genggamanku? Sebuah barang berharga yang kutulis dimalam yang sepi, dengan pencahayaan sang rembulan yang bersinar terang. Ini adalah kali pertama Aku merasakan kekecewaan yang luar biasa selain dari kehilangan benda berhargaku yang lain. Betapa bodohnya Aku dan betapa cerobohnya diriku!! Sebuah pernyataan dari hati yang sucii, lenyap dari sang pujangga, seakan sebuah burung yang mencoba terbang tanpa sepasang sayap. Aku telah kehilangan sepasang sayapku.
Kubayangkan, bila secarik kertas itu ditemu oleh orang lain, maka betapa malunya diriku! Aku tak bisa membayangkan apabila Zahra dihina oleh teman-temanku karena di sukai oleh si pelamun bodoh ini… dan juga, mungkin ini akan membuat para lelaki yang suka dengannya, menaruh dendam padaku karena ternyata ada saingan cinta dengan mereka, dan akhirnya malah terjadi masalah yang tak diinginkan. Aku telah memperkirakan hal itu sejak kemarin. Mungkin seharusnya, Aku tak terlalu jujur pada diriku diriku sendiri dalam surat itu, jika hanya ini akhirnya.
“tilililit…” HP ku berbunyi..
“Uhm, halo? Ini dari siapa ya?”
“Wah-wah.. masak dari siapa sih? Ini khhann dari sohib dekatmu Barel sang metalica, browowowoww…
“Alah, cepet mau ngomong apaan loe? “
“sebentar-sebentar… gua pikirin duluk….”
“Gu tutup nie telponnya…!!”
“Eh! Nggak-nggak-nggaaak!! Gue tuh nelpon karena mau ngajakin loe pergi malem ini buwat nonton kembang api ditaman. Loe ada kerjaan gak? Pastinyaa gak ada dong-”
“ Oh huh? Sorey, gua lagi males brow. Nggak ah, gua gak mau pergi ke tempat gituan..”
“Ini nggak seperti yang loe pikirinn Yu! Penting ntar, nanti malem temuin gua di depan air mancur selatan taman. Udaeh dulu ya-“
“tunggu-“
“Cklek..” telepon dimatikan.
“Alah, ulah apa lagi, yang ingin dilakuin ame tu anak? Kapan ya terakhir kali dia bilang kalo dia lagi tergesa-gesa? Kapan die tu jadi orang penting? Kalo biyasenye dia bersikap kayak gitu tuh, pasti ada apa-apanye dah. Penting ntar malem gua pergi ke sana lah..
Malam segera bergulir dengan segera. Siang yang teramat singkat itu segera berlalu dengan menyisakan sedikt rasa kecewa pada hatiku, karena kehilangan surat itu. Ah sudahlah… ngapain terus-terusin dipikirin? Mending nanti jam delapan tepat, gua lihat festival kembang api ditaman… kucoba hibur diriku sebisa mungkin, mesti itu sedikit mustahil.
Wah.. suasana yang jarang terjadi pada kota suram ini. Hiruk pikuk orang-orang, bersahut-sahutan sepanjang jalan. Para penjual es teh, siyomai, dan barang lainnya, bertebaran di sepanjang jalan raya utama. Ahm, mungkin sedikit demi sedikit kucoba hilangkan rasa kecewa ini dengan suasana taman yang meriah.
Aku sampai. Aku telah sampai didepan air mancur selatan taman. Jam sekarang menunjukkan pukul delapan lewat lima belas menit. Seharusnya kan, dia ada disini? Padahal, kukira Aku adalah orang yang paling terakhir datang ketika diundang oleh Barrel saat-saat acara yang dia senangi. Mau apa lagi sih dia? Apa dia coba-coba ngerjain Aku?
Ketika kuambil HP ku dari saku baju, tiba-tiba ada seseorang yang menyenggol lenganku. Aku sedikit  terkejut. Ahh.. untung HP ku tidak pecah.
“Eh, maaf mas! Gak sengaja!” kata seseorang yang menyenggol lenganku.
“Oh, nggak papa mbak.”  Kupalingkan muka untuk melihat wajah orang yang menyenggolku tadi, sekedar melihat sesama pengunjung di taman kota ini. Ketika wajah ini telah berbalik melihat orang itu…..
“Eh?”
“Hah?”
……
Aku terdiam. Jantungku berdegup dengan kencang! Rasa kecewa dalam hatiku ini, seketika runtuh begitu saja. Aliran darah nadiku, berdesir kencang, seiring tiap detik yang berlalu. Cahaya kasih sayang dalam hati ini, segera memancar hingga menerangi relung-relung hati yang gelap. Sepasang bola mata nan indah… berada tepat di depan wajahku. Warna kulitnya yang putih.., serta sedikit kemerah-merahan, tampak jelas didepan mata kepalaku sendiri! Oh Tuhan, sungguh karunia luar biasa, bisa melihat langsung wajahnya yang anggun! Tapi, dia segera menyembunyikan wajahnya kembali dengan berpaling dari wajahku.
“Uhm, maaf Ra, Aku nggak bermaksud apa apa kok..” kataku dengan sedikit rasa malu-malu.
“Ng-nggak.. nggak apa-apa kok! Wong kita tiba-tiba saja bertemu. Kamu lagi ngapain aja tadi?” katanya dengan tersipu malu.
“Oh, Aku baru aja kesini kok. Aku lagi nungguin si Baarrel, katanya dia mau ngajak gue jalan-jalan keliling taman sambil lihat kembang api nanti. Lha kamu sendiri disini ngapain?”
“Lho? Kok malah nanya sih? Aku tadi siang tu di sms ama si Barrel. Katanya, kamu mau ketemu Aku. Dari tadi tuh, Aku nungguin kamu disini. Jadi, apa yang  kamu mau omongin sama Aku?”
Waaaah….!!! Barrel sialan! Bisa-bisanya die ngejebak gue disini buat ngomong sebenarnye ame si Zahra! Kalo gini sih, sebenarnya timingnya tepat. Cuman…. GUA GAK TAHU MAU NGOMONG APAAA!!!!….~~~
“Barrel ngomong gituh ama kamu?”
“Ya iyalah. Kan tadi Aku udah bilang..”
Ah sudahlah. Rel, ehm.. elo bener-bener licik! Terpaksa deh, gak ada pilihan lain selain aku harus ngungkapin perasaanku yang sebenarnya pada Zahra. Kukumpulkan segenap keberanianku untuk mengatakannya. Segala resiko atas apa yang akan ku lakukan ini, Aku abaikan semuanya. Jawaban ‘ya’ atau ‘tidak!’ akan kuterima sekarang juga.
Kulihat ekspresi polos pada wajah Zahra,  yang sedang menunggu sesuatu yang ingin kukatakan. Ahh… memang sekaranglah saatnya!
“Ra… sebenarnya tuh gue, ahh.. sulit sekali ngungkapinnya yah… “
“Cepetan ah! Masa’ kamu gak tahu ma ngomong apa?” kata Zahra setengah merajuk.
“Yah.. ini terasa rumit sih, tapi kuharap loe mengerti… sebenarnya, gue tuh- eh?”
Set.. tuck!
Sebuah jari telunjuk lentik menempel pada bibirku. Perasaan ini… kembali terulang kembali pada diriku. Rasa yang begitu nyaman… dengan taburan cinta kasih yang teramat mendalam.  Perlahan Zahra beringsut mendekati diriku. Jantungku berdegup kencang. Kali ini, rasanya lebih nyaman dari pada yang tadi kurasakan. Pelan-pelan… desiran wajahnya terasa semakin dekat dengan wajahku. Sejenak ku terpaku diantara keheningan, saat dia membisiki sesuatu di telingaku….sesuatu yang membuatku ingin terbang hingga langit sap tujuh!
“Aku mencintaimu, Wahyu”
Suara letusan kembang api, mulai bersahut-sahutan diantara bintang-bintang yang betaburan malam itu. Suara meriah orang-orang bermunculan ketika kembang api dinyalakan. Kembang api yang meletus… menyalakan langit malam yang gelap, jadi terang benderang. Hari ini takkan pernah bisa kulupakan sepanjang hidupku. Hidup yang kunikmati dengan kebosanan, sekarang juga berakhir ditelan cahaya cinta yang bersinar dalam dada. Satu hati yang aku miliki dan aku jaga dengan hati-hati, akhirnya jatuh pada cinta pertamaku. cinta pertama…. Yang selama ini terbelenggu dalam hatiku, kali ini terbebas dengan rasa yang luar biasa indahnya! Masa-masa sang pujangga pencari cinta, berakhir dengan cinta pertama yang menggelora dalam dada. Ah.. indahnya malam ini, dengan cahaya letusan yang berwarna warni. Satu hati ini… hanyalah milik satu cinta sejati…
mission success complete! Akhinya, sahabatku itu punya pacar juga. Ya nggak say?”kata Barrel sambil merangkul Livel, pacar barunya, dengan membawa surat cinta Wahyu.
Status  : ongoing_lanjut…
(Sorry sensei, bila agak gak jelas ceritanye….. hehe…terus kunjungi blog ini yeah!)










Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Favourite!

Translate