Powered By Blogger

telusuri

Rabu, 21 Januari 2015

Ada Apa Dengan Syair: Turi-Turi Putih?

Berikut bunyi syair selengkapnya:
Turi-turi putih, ditandur neng kebon agung,
turi-turi putih, ditandur neng kebon agung
celeret tiba nyamplung
gumlundhung kembange opo,
mbok iro, mbok iro,
mbok iro kembange apa ?
kembang kembang mlati
kembang mlati dironce-ronce
sing kene setengah mati
sing kana ora piye piye-piye.
Sebuah syair sederhana, indah namun sarat makna yang konon diciptakan oleh Sunan Kalijaga. Salah seorang sunan diantara sembilan sunan dari Wali Songo. Beliau terkenal sebagai penyebar Islam di sisi Pantai Utara Jawa khususnya Jawa Timur dan Jawa Tengah. Pendekatan kultural dilakukan dengan menciptakan berbagai tembang-tembang (lagu) berbahasa Jawa.
Salah satu tembang/lagu yang saat ini cukup sering dilantunkan oleh berbagai grup nasyid ataupu sholawat adalah lagu yang berjudul Turi-Turi Putih ini. Sebuah lagu yang mengingatkan kita bahwa pada akhirnya yang berjiwa pastilah akan menemui ajalnya. Termasuk kita sebagai manusia.
Hanya amal dan budi baiklah yang nanatinya dapat menemani perjalanan kita menuju akhirat. Oleh karena itu, kita selalu dituntut untuk selalu mengingat mati, sehingga berusaha untuk menjalankan perintahNya dan menjauhi segala laranganNya dalam mengarungi samudera kehidupan.
Nah, agar para sahabat semua dapat memahami makna syair tersebut, ada baiknya saya terjemahkan secara bebas frasa demi frasa. Monggo disimak dan semoga bermanfaat.
  • turi, artinya dak aturi: saya beri tahu; saya nasehati. putih adalah simbol dari pocongan: jenazah yang dibungkus dengan kain kafan atau biasa disebut ‘kain mori’ yang berwarna putih. Arti selengkapnya: saya nasehati, bahwa kelak semua orang pasti akan mati.
  • ditandur neng keboan agung (di tanam di kebun luas), artinya adalah mati dikubur di sebuah komplek pemakaman.
  • celeret tiba nyamplung (kilat tiba-tiba jatuh), maknanya adalah sebuah gambaran jenazah yang sedang dimasukkan dalam kuburan yang digambarkan bagaikan kilat jatuh (pocongan) yang berwarna putih.
  • gumlundhung kembange apa, maksudnya adalah setelah jenazah itu usai dikebumikan, maka kemudian akan diberi pertanyaan oleh malaikat soal amal perbuatannya di dunia.
  • mbok iro, mbok iro, mbok iro kembange opo (kamu kira, kamu kira, kamu kira bunganya apa). Mbok iro adalah simbol manusia yang sudah meninggal, selalu akan ditanya kembage opo: amal apa yang sudah diperbuat?
  • kembang-kembang mlati, kembang mlati dironce-ronce (bunga-bunga melati, bunga melati yang dirangkai-rangkai). Maknanya adalah budi baik apa yang aka kita bawa mati. Bukanlah hiasan melati yang biasa dikalungkan di keranda. Simbol dari harta, tahta atau jabatan yang akan kita bawa mati.
  • sing kene setengah mati (yang di sini susah payah). Maksudnya adalah ketika malaikat yang bernama Rauman Yajus memintanya untuk menuliskan amalnya sebelum ditanya oleh Malaikat Munkar dan Nakir (Kitab Kasyfu Mum al-Akhirat karya Abu Hamid).
  • sing kana ora piye-piye (orang yag hidup tak bisa berbuat apa-apa). Maksudnya adalah orang yang hidup tak bisa menolong keadaannya. Tentu saja perkecualian bagi anak sholih yang mendoakan orang tuanya (yang sholih juga).
Semoga rangkaian syair di atas menjadi pengingat bagi kita bahwa amal baik atau buruk, nanti tetap akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat. Tentu saja, kita berharap bahwa dapat berbuat baik (amal sholih) yang banyak di dunia. Sehingga dapat mengangkat derajat kita di akhirat sebagai calon penghuni Surga ‘Adn. Aamiin…

Sumber : http://matahati.blogdetik.com/?p=677

Popular Favourite!

Translate