By : firdausA’la/FA
Cinta adalah sebuah anugerah luar
biasa
Cinta takkan pernah pudar ditelan
waktu
Cinta… suatu yang abadi, hingga ke surga
nanti…
Kau tahu sahabat,
apa itu cinta? Sebuah arti mendalam tentang perasaan tersembunyi, pada diri
tiap-tiap para pujangga dunia, yang kadang tak memiliki alasan pasti. Hati yang
sedang mencinta, adalah hati yang suci. Hati yang berada jauh pada lubuk yang
paling dalam. Tak pernah kotor dan takkan pernah ternoda…
Kuukir perasaan
ini, ketika ku pertama kali menatap wajahmu…
Rasa yang begitu
anggun… hingga menyelimuti relung-relung hati..
***
Bosan.
Sebuah rasa yang menunjukkan sesuatu yang tak enak dalam diri manusia. Bukan
pertama kali dirasakan, dan bukan pula terakhir kali kita alami. Terkadang kita
juga butuh sesuatu yang baru untuk menanggulanginya. Tapi tanpanya…. Aku tak
pernah bisa merasakan nikmatnya kehidupanku ini….
“Hei coy, loe tahu
nggak bosan itu apaan?”
“ya jelas tahulah!
Bosan ntu, bila kite dikasih PR ama guru, terus suruh ngumpulin besok pagi!”
“Ya enggaklah…..
itu sih namanye penyiksaan massal dikelas… bosan ntu, kalo kite masih jomblo, end
gak punya pacar untuk dijadiin hiburan!”
“Ah elo Rel,
otaknye otak cinta! Padahal kan, kita adalah bocah-bocah anti cinta, ngapain
jugaa aloe mikirin yang kayak gitu?”
“Eh? Siape juga
yang ngomong kalo gue nie anti cinta. Loe tahu sendiri kan, gue selalu
cari-cari gebetan buat dijadiin mantan..”
“Trus, siape ntu
yang ngomong didepan anak-anak, kalo ‘gue tuh anti cinta, dan gak bakalan
gue terima orang yang nembak gue!!’ ha? Karena cinta pertama yang loe
tembak, langsung aja nolak loe, begitu loe ngungkapin langsung didepan dia.
Sekarang, masih aja loe mau ngejar cewek lagi? Soory deh! Ngimpi aja sono di
kasur….”
“Alah Yu… lupain
aja kali yang ntu, sekali-kali dukung kek gua buat dapetin pacar. Jadi jomblo
sejati tuh, rasanya gak ada enaknya sama sekali!”
“Hmm… baru aja
tiga hari loe ditolak ama Rivel loe langsung kecewa. Kapan sih, gue gak bantu
loe? Gue kan udah nyampein perasaan loe pada Dian, Rizka, Ani, lan
sakpanunggale gundhulmu kuwi …gonta-ganti yang disenengin sambil nunggu
balesan surat. Gimana mau cari pacar, kalo loe niatnya mau jadi playboy? Soryy
deh! Kalo yang gituan, gua gak bakalan bantu loe!” kutepis omongan Barrel
“Apa?
Ini kan namanya ikhtiar brow!! Loe tahu nggak? ‘carilah kesempatan selagi
bisa. Bila belum ketemu, carilah ditempat lain’ gituu.. pepatah juga
mengatakan ‘sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui’. Pasti loe tahu
apa maksud gua. Bukankah lebih praktis kalo gitu? Iya nggak Yu?” kata Barrel
sambil menyenggol pundakku.
“Hah..
terserah loe dah, itu semua urusan loe! Ngapain juga gua ngurusin yang kayak
gituan? Tapi yang jelas, gua tetep gak setuju kalo loe jadi playboy!!!”
“Siap
men!! Sebenarnya tu, gua juga gak ingin jadi playboy. Tapi rasanya, ikhtiar tu
perlu… perlu loe tahu ya men, surat cinta gua yang speciality tu
belum gua taruh di lokernya dia yang sejak dulu gua sukai. Rasanya, lebih baik
gak usah pake surat-suratan segala deh. Gua kan langsung ngomong aja ke dia
tentang perasaan gua yang sebenarnya…”
“Jadi
bukan Rivel nih sebenarnya? Oke, apapun itu gua tetep dukung loe apapun yang
terjadi. Cinta, itu hanya cukup sekali tapi langgeng, daripada berkali-kali,
namun akhirnya putus. Siap loe jadi pacarnya die???”
“Ya
jelas dong men! Siapa juga yang pengecut mau nyembunyiin perasaan sendiri.
Trus, elo udah nyampein perasaan belum sejak saat itu?”
“Alah,
gak usah dibahas deh! Lagipula, gua jengkel ama diri gue sendiri. Kok bisa-bisanya, gua jatuh hati? Padahal ‘orang
bernomor urut satu adalah gua sebagai jomblowan sejati ampe kuliah’. Ah gua
gak mau bahas ntu lagi!.”
“Malu
yaa??? Hahaha… ahmm.. terserah loe dah! Gua juga akan bantu, tapi gak akan
maksa loe….”
“Terserahlah…”
Pertemuan
yang begitu berarti antar dua orang jomblowan kesepian yang saling bertukar
pikiran konyol tentang cinta, dibawah sebuah pohon rindang dengan sinar
matahari pagi yang cerah, tak menyilaukan mata. Hari-hari yang terasa
membelanggu, kini terulang kembali untuk kesekian kalinya. Aku tak yakin, akan
melewati hari ini dengan sesuatu yang menarik. Kebosanan, selalu menjadi menu
utama dalam setiap detik yang kuhabiskan per harinya. Warna-warna kehidupan
abu-abu yang tenang dan malas, selalu menyelimutiku hingga diriku tak bisa merasakan
sesuatu yang menyenangkan hati. Tapi kuharap, hal seperti ini tidaklah
berakhir. Karena dengan ini, Aku bisa merasakan indahnya dunia tanpa cinta yang
membelenggu hati…
Wahyu.
Sebuah nama yang terdengar indah, tapi bertolak belakang dengan sifat asli sang
pemilik nama. Kata orang tuaku, Wahyu berarti seseorang yang diberi pengetahuan
luas tentang dunia ini, hingga dia mengetahui apa yang tak diketahui orang
lain. Isi hati setiap orang, pasti mengartikan hal baik pada sebuah nama itu.
Tapi kenyataanya, Aku bukanlah orang yang mudah perduli pada orang lain,
apalagi jatuh hati. Sifat keras hati ini, kupelihara dengan baik hingga
menjadikan diriku tak pernah mengenal kasih sayang. kemudian sesuatu yang tak
terduga itu terjadi. Sesuatu yang menjengkelkan, namun indah dirasakan. Perlu
kau tahu kawan, sesuatu yang terjadi itu membuat benteng lapis baja dalam
hatiku ini, retak dan rapuh.. sehingga terlihat setitik cahaya lubuk hati, yang
selalu ingin diselimuti keanggunan…
Pertama
kali kujejakkan kaki di sekolah SMA ku yang tercinta ini, tak ada yang
kupikirkan sama sekali, terkecuali cita-citaku untuk menjadi Dokter ahli.
Rencana-rencana detail, kususun secara rinci guna meraihnya. Sedikitpun, tak
ada yang kupikirkan selain hal itu. Ah! Sepertinya, cita-citaku akan segera
tercapai!
Tapi…
Sebuah
langkah yang anggun, dari sepasang kaki indah yang perlahan melangkah memasuki
sekolah, diam-diam meretakkan hatiku yang dingin. Putih kulitnya, berwarna
kuning langsat yang halus dan kemerah-merahan. Wajahnya yang terlihat
malu-malu, dibalut kerudung putih yang menutupi badannya. Untuk beberapa saat,
langkah anggunnya ini berhenti perlahan. Kemudian, wajahnya yang penuh kasih
sayang itu menoleh kearahku.
“Aku
Zahra, salam kenal yah! Mohon bantuannya selama Aku bersekolah di sini!”
Aku
tak tahu. Hingga sekarangpun, Aku masih juga tak mengerti. Mengapa dia
tiba-tiba berhenti tepat di sampingku hanya untuk berkenalan? Kulihat, mengapa
dia melakukan hal itu hanya padaku saja, dan bukan pada yang lainnya? Apa Aku
pernah bertemu dengannya? Segudang pertanyaan, memenuhi pikiranku. Kucoba untuk
mengabaikannya, namun tak kunjung berakhir. Kukira, lebih baik Aku abaikan
dengan seabreg tugas sekolah yang menumpuk di kamarku.
Meski
kucoba, Aku tak bisa memungkiri rasa yang begitu bergejolak dalam dada
ini.semua yang kulakukan guna melupakannya, hanya sia-sia saja. Setiap kali ku
bertemu dengannya, rasa ini mulai bergejolak. Angin yang mengalun lembut,
berdesir menerpa kulitku, menegakkan bulu roma yang diselimuti rasa kasih. Aku
jadi kembali teringat saat pertama kali bertemu dengannya. Walapun kucoba
melupakannya, Aku takkan bisa..
Aku
tak dapat memungkirinya… semua terasa begitu indah…
Kumulai
tunjukkan rasa ini melalui secarik kertas penuh makna. Malam ini telah
kuputuskan, Aku takkan mundur sebelum rasa ini terobati. Rasa kasih yang begitu
mendera hati, menorehkan, garis-garis kelembutan dalam dada sang pujangga. Aku
akan menulisnya. Aku akan tunjukkan perasaan kasih ini padanya, hingga dia tahu
seberapa besar rasa kasihku padanya. Egoku yang selama ini kupelihara,
kupenjarakan dia didalam diriku, hingga rasa kasih ini yang perlahan mulai
mengambil kendali hati dan pikiranku. Burung-burungpun bernyanyi dengan riang,
angin sepoi-sepoi, mengalun perlahan, menggoyangkan bunga-bunga yang
bermekaran, senyuman sang surya, dengan sinarnya yang tak menyilaukan mata,
adalah isyarat bahwa ini takkan berakhir dengan duka.
***
Kumulai
hari ini dengan senyuman cerah, tanpa ada sedikitpun guratan-guratan kemalasan.
Hari ini akan kuputuskan, ini adalah hari terakhir bagi sifat malasku. Aku
takkan berdusta lagi pada diriku. Aku akan memulainya. Memulai hari-hariku,
dengan rasa lega yang besar, karena sesedikit dari isi hatiku akan tersampaikan
sekarang juga. Oh kawan, betapa leganya diriku, bila rasa ini telah sampai pada
sang pujaan hati. Rasa-rasanya, tak ada yang dapat melebihi rasa lega ini. Hmm…
kulangkahkan kaki ini dengan segera menuju ke sekolah! Semangatt!!..
“Tap-tap-tap…”
langkah kaki yang beriringan, bersuara nyaring sepanjang jalan. Ah, Aku tak
perduli dengan apa yang terjadi pada sekitarku. Sebuah semangat membara!
Berkobar-kobar membakar hatiku. Aku kan datang padamu, hai loker sepatu!!- eh?”
Semilir
angin yang bertiup perlahan, membuat jantungku berdegup kencang. Desiran alunan
ini, menegakkan setiap helai bulu roma kulitku. Aku terkejut. Siapakah orang
yang ada di sampingku ini? Belum sempat aku tersadar, sebuah kalimat, meluncur
dari bibir lentiknya…
“Hai
Wahyu selamat pagi- eh? Ngapain kamu tergesa-gesa begitu?”
Gejolak
didalam dadaku, semakin memompa jantungku berdegup dengan keras. Aku tak bisa..
Aku tak bisa menatap wajahnya. Ketika ku menengok ke belakang, wah… sejauh apa
Aku melangkah darinya, hingga dia hilang dari pandanganku?
“Wahyuuuu….!!!!
Ini ada barangmu yang jatuh!! Kembaliii!!!”
Teriakan
Zahra yang nyaring, tak kuhiraukan sama sekali. Satu-satunya tujuanku adalah
menaruh benda ini dalam loker sepatunya sekarang juga! Dan setelah itu, ia akan
jadi milikku. Harapan-harapan indahh… sebentar lagi akan segera terwujud.
Tunggulah sebentar lagi, hati kecilku!
***
Aku
tersentak! Ini tidak berjalan seperti yang kuperkirakan! Harapan-harapanku
telah pudar begitu saja, dengan menyisakan rasa kecewa yang begitu mendalam.
Aku tahu, kali ini Aku tak bisa menundanya. Jika kutunda lain kali saja, maka
sesuatu yang indah nanti malam akan terlewat begitu saja, tanpa bekas apa-apa
didalam dada. Padahal, Aku telah mengatakan didalam secarik kertas itu, bahwa
dia akan ku ajak berjalan bersama nanti malam untuk melihat festival kembang
api di taman. Sebuah acara yang bila terlewatkan begitu saja, akan jadi
sia-sia.
Ah…sial..sial..sialan!
mengapa surat itu bisa hilang dari genggamanku? Sebuah barang berharga yang
kutulis dimalam yang sepi, dengan pencahayaan sang rembulan yang bersinar
terang. Ini adalah kali pertama Aku merasakan kekecewaan yang luar biasa selain
dari kehilangan benda berhargaku yang lain. Betapa bodohnya Aku dan betapa
cerobohnya diriku!! Sebuah pernyataan dari hati yang sucii, lenyap dari sang
pujangga, seakan sebuah burung yang mencoba terbang tanpa sepasang sayap. Aku
telah kehilangan sepasang sayapku.
Kubayangkan,
bila secarik kertas itu ditemu oleh orang lain, maka betapa malunya diriku! Aku
tak bisa membayangkan apabila Zahra dihina oleh teman-temanku karena di sukai
oleh si pelamun bodoh ini… dan juga, mungkin ini akan membuat para lelaki yang
suka dengannya, menaruh dendam padaku karena ternyata ada saingan cinta dengan
mereka, dan akhirnya malah terjadi masalah yang tak diinginkan. Aku telah
memperkirakan hal itu sejak kemarin. Mungkin seharusnya, Aku tak terlalu jujur
pada diriku diriku sendiri dalam surat itu, jika hanya ini akhirnya.
“tilililit…”
HP ku berbunyi..
“Uhm,
halo? Ini dari siapa ya?”
“Wah-wah..
masak dari siapa sih? Ini khhann dari sohib dekatmu Barel sang metalica,
browowowoww…”
“Alah,
cepet mau ngomong apaan loe? “
“sebentar-sebentar…
gua pikirin duluk….”
“Gu
tutup nie telponnya…!!”
“Eh!
Nggak-nggak-nggaaak!! Gue tuh nelpon karena mau ngajakin loe pergi malem ini
buwat nonton kembang api ditaman. Loe ada kerjaan gak? Pastinyaa gak ada dong-”
“ Oh
huh? Sorey, gua lagi males brow. Nggak ah, gua gak mau pergi ke tempat
gituan..”
“Ini
nggak seperti yang loe pikirinn Yu! Penting ntar, nanti malem temuin gua di
depan air mancur selatan taman. Udaeh dulu ya-“
“tunggu-“
“Cklek..”
telepon dimatikan.
“Alah,
ulah apa lagi, yang ingin dilakuin ame tu anak? Kapan ya terakhir kali dia
bilang kalo dia lagi tergesa-gesa? Kapan die tu jadi orang penting? Kalo
biyasenye dia bersikap kayak gitu tuh, pasti ada apa-apanye dah. Penting ntar
malem gua pergi ke sana lah..
Malam
segera bergulir dengan segera. Siang yang teramat singkat itu segera berlalu
dengan menyisakan sedikt rasa kecewa pada hatiku, karena kehilangan surat itu.
Ah sudahlah… ngapain terus-terusin dipikirin? Mending nanti jam delapan tepat,
gua lihat festival kembang api ditaman… kucoba hibur diriku sebisa mungkin, mesti
itu sedikit mustahil.
Wah..
suasana yang jarang terjadi pada kota suram ini. Hiruk pikuk orang-orang,
bersahut-sahutan sepanjang jalan. Para penjual es teh, siyomai, dan barang
lainnya, bertebaran di sepanjang jalan raya utama. Ahm, mungkin sedikit demi
sedikit kucoba hilangkan rasa kecewa ini dengan suasana taman yang meriah.
Aku
sampai. Aku telah sampai didepan air mancur selatan taman. Jam sekarang
menunjukkan pukul delapan lewat lima belas menit. Seharusnya kan, dia ada
disini? Padahal, kukira Aku adalah orang yang paling terakhir datang ketika
diundang oleh Barrel saat-saat acara yang dia senangi. Mau apa lagi sih dia?
Apa dia coba-coba ngerjain Aku?
Ketika
kuambil HP ku dari saku baju, tiba-tiba ada seseorang yang menyenggol lenganku.
Aku sedikit terkejut. Ahh.. untung HP ku
tidak pecah.
“Eh,
maaf mas! Gak sengaja!” kata seseorang yang menyenggol lenganku.
“Oh,
nggak papa mbak.” Kupalingkan muka untuk
melihat wajah orang yang menyenggolku tadi, sekedar melihat sesama pengunjung
di taman kota ini. Ketika wajah ini telah berbalik melihat orang itu…..
“Eh?”
“Hah?”
……
Aku
terdiam. Jantungku berdegup dengan kencang! Rasa kecewa dalam hatiku ini,
seketika runtuh begitu saja. Aliran darah nadiku, berdesir kencang, seiring
tiap detik yang berlalu. Cahaya kasih sayang dalam hati ini, segera memancar
hingga menerangi relung-relung hati yang gelap. Sepasang bola mata nan indah…
berada tepat di depan wajahku. Warna kulitnya yang putih.., serta sedikit
kemerah-merahan, tampak jelas didepan mata kepalaku sendiri! Oh Tuhan, sungguh
karunia luar biasa, bisa melihat langsung wajahnya yang anggun! Tapi, dia
segera menyembunyikan wajahnya kembali dengan berpaling dari wajahku.
“Uhm,
maaf Ra, Aku nggak bermaksud apa apa kok..” kataku dengan sedikit rasa malu-malu.
“Ng-nggak..
nggak apa-apa kok! Wong kita tiba-tiba saja bertemu. Kamu lagi ngapain
aja tadi?” katanya dengan tersipu malu.
“Oh,
Aku baru aja kesini kok. Aku lagi nungguin si Baarrel, katanya dia mau ngajak
gue jalan-jalan keliling taman sambil lihat kembang api nanti. Lha kamu sendiri
disini ngapain?”
“Lho?
Kok malah nanya sih? Aku tadi siang tu di sms ama si Barrel. Katanya, kamu mau
ketemu Aku. Dari tadi tuh, Aku nungguin kamu disini. Jadi, apa yang kamu mau omongin sama Aku?”
Waaaah….!!!
Barrel sialan! Bisa-bisanya die ngejebak gue disini buat ngomong sebenarnye ame
si Zahra! Kalo gini sih, sebenarnya timingnya tepat. Cuman…. GUA GAK TAHU MAU
NGOMONG APAAA!!!!….~~~
“Barrel
ngomong gituh ama kamu?”
“Ya
iyalah. Kan tadi Aku udah bilang..”
Ah
sudahlah. Rel, ehm.. elo bener-bener licik! Terpaksa deh, gak ada pilihan lain
selain aku harus ngungkapin perasaanku yang sebenarnya pada Zahra. Kukumpulkan
segenap keberanianku untuk mengatakannya. Segala resiko atas apa yang akan ku
lakukan ini, Aku abaikan semuanya. Jawaban ‘ya’ atau ‘tidak!’ akan kuterima
sekarang juga.
Kulihat
ekspresi polos pada wajah Zahra, yang
sedang menunggu sesuatu yang ingin kukatakan. Ahh… memang sekaranglah saatnya!
“Ra…
sebenarnya tuh gue, ahh.. sulit sekali ngungkapinnya yah… “
“Cepetan
ah! Masa’ kamu gak tahu ma ngomong apa?” kata Zahra setengah merajuk.
“Yah..
ini terasa rumit sih, tapi kuharap loe mengerti… sebenarnya, gue tuh- eh?”
Set..
tuck!
Sebuah
jari telunjuk lentik menempel pada bibirku. Perasaan ini… kembali terulang kembali
pada diriku. Rasa yang begitu nyaman… dengan taburan cinta kasih yang teramat
mendalam. Perlahan Zahra beringsut
mendekati diriku. Jantungku berdegup kencang. Kali ini, rasanya lebih nyaman
dari pada yang tadi kurasakan. Pelan-pelan… desiran wajahnya terasa semakin
dekat dengan wajahku. Sejenak ku terpaku diantara keheningan, saat dia
membisiki sesuatu di telingaku….sesuatu yang membuatku ingin terbang hingga
langit sap tujuh!
“Aku
mencintaimu, Wahyu”
Suara
letusan kembang api, mulai bersahut-sahutan diantara bintang-bintang yang
betaburan malam itu. Suara meriah orang-orang bermunculan ketika kembang api
dinyalakan. Kembang api yang meletus… menyalakan langit malam yang gelap, jadi
terang benderang. Hari ini takkan pernah bisa kulupakan sepanjang hidupku.
Hidup yang kunikmati dengan kebosanan, sekarang juga berakhir ditelan cahaya
cinta yang bersinar dalam dada. Satu hati yang aku miliki dan aku jaga dengan
hati-hati, akhirnya jatuh pada cinta pertamaku. cinta pertama…. Yang selama ini
terbelenggu dalam hatiku, kali ini terbebas dengan rasa yang luar biasa
indahnya! Masa-masa sang pujangga pencari cinta, berakhir dengan cinta pertama
yang menggelora dalam dada. Ah.. indahnya malam ini, dengan cahaya letusan yang
berwarna warni. Satu hati ini… hanyalah milik satu cinta sejati…
“mission
success complete! Akhinya, sahabatku itu punya pacar juga. Ya nggak
say?”kata Barrel sambil merangkul Livel, pacar barunya, dengan membawa surat
cinta Wahyu.
Status : ongoing_lanjut…
(Sorry
sensei, bila agak gak jelas ceritanye….. hehe…terus kunjungi blog ini yeah!)